Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Tajuk

Thomas Mopili, Seorang Penyemu atau Pemimpin yang Tak Bertanggung Jawab?

×

Thomas Mopili, Seorang Penyemu atau Pemimpin yang Tak Bertanggung Jawab?

Sebarkan artikel ini
Oleh : Jhojo Rumampuk

Dinamika politik di Gorontalo kembali memanas setelah Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, Thomas Mopili, diduga tidak mengakui pernyataannya sendiri terkait dugaan “suap” yang melibatkan PT. Puncak Emas Tani Sejahtera (PETS). 

Pernyataan yang sebelumnya beredar luas dan menghebohkan publik kini justru seolah dianggap angin lalu oleh tokoh yang mengatakannya sendiri.

Pertanyaannya, apakah Thomas Mopili sedang berusaha mencuci tangan dari polemik yang ia ciptakan sendiri? 

Atau, apakah ini bagian dari strategi politik yang mengorbankan integritas demi kepentingan tertentu?

Seorang pemimpin, apalagi Ketua DPRD, seharusnya memiliki sikap tegas dan bertanggung jawab atas setiap pernyataan yang ia lontarkan ke publik. 

Ketika Thomas Mopili berbicara soal dugaan suap, publik tentu menangkap itu sebagai kesaksian penting dari orang dalam pemerintahan bukan sekadar isu liar. Namun, saat tekanan mulai meningkat, justru ia seolah menarik kembali ucapannya.

Sikap ini mengarah pada tiga kemungkinan besar:

  1. Thomas Mopili memang berbicara berdasarkan fakta, tetapi kini merasa terancam dan dipaksa untuk mengingkari ucapannya.
  1. Thomas Mopili hanya melempar pernyataan tanpa dasar yang kuat, dan ketika dituntut bukti, ia memilih mundur untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
  1. Bagaimana Jika Rekaman Wawancara pengakuan Itu Dibuka dan diperdengarkan kepada khalayak ramai ?

Ketiganya sama-sama bermasalah. Jika yang pertama benar, maka ada indikasi intervensi kuat yang membuat seorang Ketua DPRD harus menarik pernyataannya. 

Jika yang kedua yang terjadi, maka ini menunjukkan bahwa Thomas Mopili seorang penyemu yang asal bicara tanpa pertanggungjawaban.

Dan ketiga, apa yang akan terjadi jika seluruh masyarakat Gorontalo dan pihak perusahaan  mendengar pernyataan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo bahwa dirinya mengakui adanya penyerahan amplop berwarna coklat dari salah satu utusan perusahaan pertambangan ?

Dalam dunia politik, “penyemuan” bukanlah hal baru. Banyak pemimpin yang berani bicara di depan, tetapi ketika kepentingan mereka terancam, mereka justru mundur dengan berbagai alasan. 

Sikap ini tidak hanya merusak kredibilitas pribadi, tetapi juga mencederai kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga transparansi dan keadilan.

Jika Thomas Mopili benar-benar memiliki bukti dan keyakinan atas dugaan suap tersebut, maka seharusnya ia berani berdiri tegak dan mengungkapkan kebenaran. 

Namun, jika ia justru menghindar dan tidak mengakui pernyataannya sendiri, maka publik pantas mempertanyakan:

  • Apakah ia sedang melindungi seseorang atau kelompok tertentu?
  • Apakah ada tekanan dari pihak-pihak berpengaruh yang membuatnya terpaksa bungkam?
  • Ataukah ia memang sedang memainkan drama politik untuk keuntungan pribadinya?

Seorang pemimpin sejati tidak akan menarik kembali kata-katanya hanya karena merasa terdesak. 

Jika Thomas Mopili ingin mempertahankan martabatnya sebagai Ketua DPRD, ia harus menunjukkan keberanian dalam mempertanggungjawabkan setiap pernyataannya. 

Jika tidak, maka ia tak lebih dari sekadar penyemu, yang hanya berani bicara saat nyaman, tetapi lari ketika situasi mulai panas.

Dan jika benar ada upaya menutup-nutupi kebenaran, maka masyarakat Gorontalo harus lebih waspada karena ini bisa jadi bukan sekadar permainan politik, melainkan juga skandal besar yang melibatkan kekuatan di balik layar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Akses berita Faktanews.com dengan cepat di WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vae1Mtp5q08VoGyN1a2S. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Example 300x300
Example 120x600