Oleh : Jhojo Rumampuk
Kehadiran dan eksistensi Syarif Mbuinga sebagai Bupati Pohuwato yang akan berakhir pada 17 Februari 2021, tidak hanya meninggalkan jejak karya dan karsanya bagi Pohuwato, tapi juga meninggalkan sejuta kenangan dan harapan bagi masyarakat Pohuwato.
Meninggalkan jejak karya dan karsa, karena selama masa kepemimpinannya, Pohuwato menjadi daerah di Provinsi Gorontalo yang tampil dinamis dan progresif dengan indikator-indikator kemajuan yang jelas dan terukur. Meninggalkan sejuta kenangan, karena Syarif Mbuinga sejauh ini mampu menampilkan kepemimpinan yang simptik dan bersahabat dengan masyarakat.
Tidak hanya itu saja, eksistensi dan ketokohan Syarif Mbuinga, bukan hanya sekadar sebagai Bupati, tapi ada sisi lain yang menarik, diantaranya Syarif Mbuinga menjadi salah seorang Rule of style atau menjadi ukuran ideal bagi seorang pemimpin sehingga layak menjadi spirit dan ruh kepemimpinan yang prospektif.
Artinya, dalam tataran masyarakat Gorontalo, kapasitas keilmuan dan intelektualitas pemimpin, bukan sebuah tuntutan yang dominan, melainkan adab, karakter, perilaku dan kepribadian kepemimpinanlah yang menjadi rujukan utama..
Lebih spesifik lagi, pemimpin yang santun dan senantiasa menampilkan aura kepemimpinan yang sejuk menjadi dambaan, harapan dan menjadi sumber kebanggaan masyarakat. Itulah sebabnya, Syarif Mbuinga dalam benak masyarakat diharapkan menjadi sumber inspirasi dan referensi bagi generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan di masa-masa mendatang.
Dari perspektif itulah, maka tidak heran, meski Syarif Mbuinga, tidak lagi menjabat Bupati, tapi dalam rentang waktu ke depan, ada seberkas kerinduan, harapan dan obsesi masyarakat yang terus terpantul dari masyarakat. Harapan dan aspirasi bahwa kelak Syarif Mbuinga tampil pada perhelatan Pemilihan Gubernur (Pilgub), paling tidak menjadi salah satu bukti, betapa Syarif Mbuinga merupakan sosok yang dirindukan untuk tampil lagi sebagai pemimpin di Gorontalo.
Di satu sisi Syarif Mbuinga tentu tidak bisa begitu saja mengabaikan aspirasi, harapan dan kerinduan masyarakat itu. Paling tidak, dalam konteks Pilgub ke depan, Syarif Mbuinga sejatinya merawat harapan dan aspirasi itu hingga ia kelak bertengger di Puncak Botu.
Bagaimanapun, tampilnya Syarif Mbuinga di puncak Botu, tidak hanya diharapkan atau diyakini dapat membawa perubahan dan masa depan Provinsi Gorontalo yang lebih maju dan berkembang, tapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi masyarakat, terutama masyarakat dari wilayah barat Gorontalo. Syarif Mbuinga menjadi representasi pemimpin masa depan Gorontalo dari Pohuwato.
Lagi pula, dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya di Provinsi Gorontalo yang diprediksi akan bertarung di Pulgub nanti, Syarif Mbuinga jauh memiliki kans yang besar. Alasannya, selain usianya yang masih relatif muda, juga dari aspek performance kepemimpinannya yang simpatik nan sejuk selama ini, menjadi sisi lain yang menarik. Dari aspek sosio kultural, masyarakat Gorontalo adalah tatanan yang menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun dan keluhuran budi pekerti. Sehebat apapun seseorang, berprestasi, memiliki segudang karya dan sebagainya, namun jika sikap dan perilaku orang itu jauh dari norma adat, agama dan budaya, maka ibarat baju putih yang tetap bernoda. Itulah cermin sikap masyarakat Gorontalo yang tetap lestari hingga hari ini.
Alasan lainnya, meski Syarif Mbuinga hanya dipersepsikan sebagai representasi masyarakat dari wilayah barat, namun wajah kepemimpinannya yang menampilkan nilai-nilai universal sebagai pemimpin yang ramah, santun dan sejuk, maka bukan hal yang tidak mungkin, jika masyarakat di 3 penjuru, yakni timur, selatan dan utara akan menjatuhkan dukungan kepada sosok ini.
Paling tidak, itulah asumsi-asumsi yang dapat dimaknai dan terbaca dari keinginan serta harapan masyarakat Gorontalo yang begitu getol mengaspirasikan Syarif Mbuinga maju sebagai calon Gubernur Gorontalo pasca Gubernur Rusli Habibie. Semoga konsistensi sikap itu tetap terawat dan terpelihara dalam kurun waktu 3 tahun ke depan. In Shaa Allah.