Faktanews.com (Tajuk) – Jakarta, 22 Agustus 2020: Terlalu pagi, namun pada akhirnya harus tetap berdiri. Segelas semangat menemani raga dalam menggapai mimpi-mimpi ditengah hiruk-pikuk Ibu Kota, sembari sesekali mengintip perbincangan hangat terkait masa depan daerah tercinta, meskipun tak bersetubuh dengannya secara langsung. Mungkin karena grup WhatsApp dan beranda Facebook masih ramai memperbincangan “Pilkada Serentak 2020” yang masih bertahan menjadi tranding topik hingga saat ini.
Perlu diketahui bahwa beberapa daerah yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak pada tahun ini ada sebanyak 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota; termasuk 3 daerah di Provinsi Gorontalo yakni Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bonebolango dan tentu saja Kabupaten Pohuwato daerah yang telah saya diami selama hampir sekitar tiga dekade terakhir.
Dalam tulisan singkat ini saya akan memberi perhatian khusus terhadap daerah / kabupaten asal saya, alasannya kongkret yakni tentang masa depan daerahnya, utamanya terkait generasi mudanya, dan segala sumber daya yang melimpah yang ada disana karena siapapun pemimpin yang akan terpilih tentu akan mendrive segala kebijakan yang akan mempengaruhi sosial, ekonomi dan politik masyarakat selama 5 tahun kedepan.
Kita semua masih menunggu dan bertanya-tanya siapa yang kemudian akan menggantikan “Pasisa” begitu panggilan akrab masyarakat terhadap beliau sebagai Bupati dua periode yang telah memberi banyak perubahan bagi Kabupaten Pohuwato selama dua periode masa kepemimpinannya. Bupati yang terkenal murah senyum, ringan tangan dalam membantu dan sangat dekat dengan para milenial yakni Bapak Syarif Mbuinga yang sebentar lagi akan meninggalkan tahta kepemimpinannya dengan berbagai prestasi yang juga akan menjadi beban bagi penerusnya jika kemudian tidak mampu melanjutkan atau berbuat lebih baik kedepannya.
Stop, cukup membahas soal Pasisa dengan ribuan presentasinya itu karena ini bukan narasi “koprolisme” ada yang lebih urgent dari itu, bagaimana milenial mengambil bagian terdepan mengawal transisi kekuasaan, baik secara langsung maupun tidak.
Perlu diingat bahwa Pilkada yang sudah di depan mata ini menjadikan para milenial sebagai sasaran empuk sebagai komoditas politik yang persentasenya sekitar 52% dari DPT Kabupaten Pohuwato. Dengan potensi kuantitas Milenial yang berpartisipasi cukup besar dan terus meningkat dari tahun ke tahun ini, maka sudah bisa dipastikan hampir semua partai politik baik yang berbasis agama maupun tidak akan berupaya memanfaatkan peluang untuk menggaet para milenial ini.
Partai politik maupun tim pemenangan banyak yang mendekati kaum milenial dengan berbagai macam metode mulai dari yang menggunakan gaya kampanye milenial, berbagai kegiatan yang dilakukan untuk para milenial, bahkan hingga pada politik transaksional pun kemungkinan dijalankan. Semua cara atau metode tersebut digunakan tidak lain adalah untuk menarik suara kelompok milenial yang dikenal sebagai kaum yang menderita labilitas politik.
Olehnya, saya mengajak untuk kita para milenial baik yang sudah pernah berpartisipasi maupun yang menjadi pemilih pemula untuk mencegah dan menolak diri kita menjadi komoditas politik saja dalam Pilkada 2020. Para milenial harus melihat suksesi Pilkada ini untuk masa depan yang lebih baik kedepannya, tidak tergiur dengan tawaran yang bersifat sementara mengingat begitu ‘ganas’nya politik yang mau tidak mau harus dikawal dan tidak tergiur dengan tawaran yang bersifat sementara. Wujudkan pemilu yang benar-benar bersih karena para milenial harus menjadi garda terdepan dalam menyukseskan dan mengawal pesta demokrasi, jangan apatis dan pragmatis oportunis.
Apapun alasannya dalam politik, ingat pesan Gus Dur “yang pebih penting dari politik adalah kemanusiaan” kedepankan nilai-nilai kemanusiaan untuk Pilkada serentak ditahun ini, sehingga pemimpin yang lahir dan hadir adalah pemimpin yang amanah, sabar serta ikhlas berbuat untuk semua masyarakat Kabupaten Pohuwato, bukan hanya berbuat untuk kepentingan kelompok tertentu yang sebelumnya telah mendukungnya dalam meraih tahta kekuasaan.
Penulis: Rifyan Ridwan Saleh Koordinator Gusdurian Pohuwato