Faktanews.com (Daerah) – Kabupaten Pohuwato, Bencana banjir yang terjadi di 2 Kecamatan (Randangan & Taluditi) dikarenakan meluapnya sungai malango pada minggu (4/6) kemarin, sebabkan ratusan hektare lahan pertanian siap panen dan rumah serta puluhan ekor sapi terseret dan terendam air.
Hal ini diduga karena banyaknya aktifitas penebangan kayu (Land Clearing) disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) semakin merajalela, sehingga Pemerintah Daerah dan DPRD Kabupaten Pohuwato diminta agar segera menseriusi dan meninjau kembali aktifitas Perusahaan Sawit yang ada di Hulu sungai.
Sehingga sedikit dari beberapa hal buruk sekarang mulai dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Kecamatan Randangan dan Kecamatan Taluditi dengan adanya Konversi hutan yang menjadi lahan kelapa sawit, dimana terjadi pertentangan antara tata ruang dimana monokultur, homogenitas dan overloads konversi dari hutan perlindungan alam menjadi areal perkebunan kelapa sawit yakni, hilangnya keaneka ragaman hayati yang akan memicu kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai erosi, dimana pembukaan lahan sering kali dilakukan.
Kepada FaktaNews, Ketua Badan Legislasi DPRD Pohuwato Johannis R. Sampe mengatakan bahwa banjir yang saat ini melanda 2 Kecamatan yang ada di Bumi Panua dikarenakan telah terjadi perbedaan signifikan antara aktifitas manusia yang sudah terlalu jauh dengan siklus hidrologi secara alamiah dari DAS
“Banjir kali ini menurut penilaian saya bahwa saat ini telah terjadi perbedaan yang cukup besar antara aktifitas manusia dalam hal melakukan pembukaan lahan sehingga banyaknya pohon yang ditebang dengan aktifitas atau kerja alamiah dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada diwilayah Taluditi.”Ungkap Johannis
Ditambahkannya lagi, bahwa pihak Badan Legislasi DPRD Pohuwato akan menseriusi persoalan yang saat ini melanda Bumi Panua hingga ke Pemerintah Provinsi Gorontalo serta meminta agar perlu adanya kajian kembali atau survey lapangan terkait adanya aktifitas penebangan kayu diwilayah Kecamatan Taluditi.
“Kami yang ada di Banleg akan segera menseriusi masalah ini hingga ke tingkat Provinsi, sebab perlu adanya kajian kembali atau survey lapangan terkait aktifitas-aktifitas yang ada di wilayah Kecamatan Taluditi, baik itu perusahaan sawit maupun masyarakat setempat, sebab yang pertama areal yang terkena banjir adalah DAS Malango dan Randangan mencakup Kecamatan Wonggarasi, Taluditi dan Randangan,kedua Penyebab krn intensitas Curah hujan yg tinggi dan lama hujan yg panjang, dan penebangan hutan yg luas, ketiga, DAS Malango Randangan hulunya sampai di atas molosipat. Jadi Kalau desa lembah permai sebagai ds yg pertama dari hulu sungai malango, mk per dipastikan bahwa kegiatan perkebunan sawit di popayato adalah penyumbang terbesar banjir yg terjadi, dan terakhir yakni, Pemda dan DPRD harus segera segera meninjau kegiatan perkebunan sawit I taat mematuhi segala ketentuan ttg larangan menebang di areal konservasi, misal 100 m kiri kanan sungai besar, 50 m kk aneh sungai, pada lereng 45 persen (25 derajat). ”Tutup Johannis (FN-01)