Faktanews.com (Tajuk), Pohon-pohon sudah banyak yang tumbang. Malam demi malam tidak lagi berbicara tentang gelap dan dinginnya udara, melainkan berganti ketakutan dan ketakutan. Sudah dua minggu lebih, setiap arah jarum jam menunjukkan antara pukul empat atau lima sore, awan-awan seakan diperintahkan untuk serentak berkumpul, menyatu, menciptakan mendung, lalu menurunkan hujan dengan sangat deras. Kemudian disusul badai angin yang tidak karuan.

Dalam keadaan seperti itu, jalanan hening dengan seketika. Lalu-lalang orang-orang tidak lagi kelihatan. Parahnya, sebagai seorang pengamat, saya tidak pernah peduli dengan bunyi petir dan halilintar yang saling menyambar di angkasa. Tidak, tidak sama sekali. Di kepala saya hanya berputar-putar rasa penasaran akan sebuah tanya yang segera inginkan jawab.
Ya, sejak kemarin, meskipun hujan dan badai hampir setiap saat mengintai, saya berusaha untuk terus mengamati pengembangan beberapa kasus korupsi yang terjadi di beberapa negara, seperti Negara Tanah Datar, Negara Transmarkup & Tenaga Rodi, Negara Kesembunyian Bangsat, Polemik dan Pembingungan Maslahat. Dalam pengamatan saya, kasus-kasus ini seakan disengaja tidak masuk dalam “po’ota” oleh para juru tulis.
Perdana Menteri Kesembunyian Bangsat, misalnya, dulunya merupakan aktivis tersohor. Dia terkenal dengan idealisme anjingnya. Menjilat dan menjual harga diri adalah jurus rahasianya. Suaranya lantang berteriak dalam unras. Sayangnya, berlinang air mata di depan Raja Diraja. Demikian juga dengan Perdana Menteri Transmarkup, seingat saya, kami pernah menyewanya menjadi orator tunggal sekitar tahun 4002 (saat itu saya termasuk dalam tim hore). Sedangkan Perdana Menteri Tanah Datar, hanya sedikit yang mengetahui dirinya pernah menjadi ketua pelajar di Madagaskar. Tapi, seperti kata pepatah, lain dulu lain sekarang. Saat ini, tak ada seorang pun yang tidak mengenal Perdana Menteri dengan kapasitas dan kewenangan melebihi Sang Raja Diraja.
Seperti ada yang aneh. Seperti ada peran aktor penting yang mengatur ini dengan sedemikian indahnya. Padahal, ragam masalah sudah menjadi rahasia umum. Contohnya, tugas dan fungsi Juru Hukum dari Negara Lama yang sementara menangani kasus korupsi di Negara Kesembunyian Bangsat, seakan tidak sedikitpun menyeriusi kasus-kasus yang harus diselesaikan. Tidak pernah ada keseriusan mereka untuk mengungkap. Jangankan melihat, atau mengetahui sudah sampai sejauh mana kasus-kasus yang mereka tangani, terdengar pun tidak sama sekali. Padahal kasus ini telah dilaporkan oleh bala tentara Negara Kesembunyian Bangsat dan telah menjadi rahasia umum.
Kasus ini pertama kali dilaporkan antara kisaran tahun 8012-9012. Namun, hingga detik ini tidak pernah ada titik terang dari juru hukum Negara Lama. Bahkan, dalam kurun waktu 3 tahun, negara Lama hanya melimpahkan kasus “keuangan ulami” ke negara Pengutuk Kejahilan (merujuk arsip Bawah Tanah).
Di saat banyak yang dengan ikhlas untuk berjuang melawan aktor intelektual dalam berbagai persoalan korupsi yang terjadi di beberapa negara, tetap saja ada pihak yang melindungi dengan cara melakukan pembungkaman. Tawaran pembungkaman ini yang kemudian menjadi bergengsi karena ternyata sangat diminati oleh kaum penjilat dan penjual “rakyat”. Ya, mereka-mereka itu seakan memasung rakyat untuk kepentingan perut rakus, otak kakus, hati busuk kayak iblis. Tetapi, ini juga yang buat saya penasaran dan ingin segera menemukan jawab demi jawab. Karena di sisi lain, saya sungguh sangat salut dengan usaha mereka yang menelanjangi para petinggi negara di depan khalayak, tapi setelah itu mereka juga sanggup menyodorkan proposal permintaan bantuan karena satu dua hal kepentingan. Sungguh, ini bakat aneh bin ajaib. Bakat jilat-menjilat yang mungkin sudah menjadi bawaan sejak mereka masih dalam kandungan.
Lalu, bagaimana dengan Raja Diraja? Terdengar kabar, saat ini dia sedang melakukan lobi pengamanan kasus korupsi oleh para Perdana Menterinya di tingkat pusat Kerajaan “Mimito” setelah komunikasi dengan Perdana Menteri negara Pengutuk Kejahilan gagal. Raja Diraja, lewat Ketua “Tim Korupsi Bersama” sebagai nara hubung untuk bertemu dengan Sekretaris Jenderal suku Merah Tompel Putih, menginginkan Perdana Menteri negara Pengutuk Kejahilan dipindahkan karena dianggap tidak kompromi dengan kasus korupsi yang terjadi di negara Tanah Datar.
Dengan modal surat yang di konsep oleh Perdana Menteri Kesembunyian Bangsat, Ketua Tim Korupsi Bersama berangkat lebih dulu menggunakan pesawat “ponggo”. Konsep surat itu setidaknya berisi daftar hadir Perdana Menteri Pengutuk Kejahilan dalam beberapa pertemuan antara para Perdana Menteri yang sering diwakilkan, sehingga menurut mereka, perdana Menteri Pengutuk Kejahilan tidak kooperatif. Alasan pembusukan ini sebenarnya dikarenakan kasus korupsi Perdana Menteri Tanah Datar yang sudah tidak bisa dihindari penetapan tersangkanya.
Sungguh, meski hujan sudah mulai rintik, tapi tubuh saya makin ringkik menggigil kedinginan. Seperti kota mati, hanya nyanyian gembira segerombolan keluarga kodok yang sayup-sayup terdengar dari balik jendela.
Bersambung.. (***)
#mimpi_pekat #korupsi #tanah_datar
#aktivis #juru_tulis #juru_hukum