
Data yang berhasil dihimpun, asrama ini hanya mampu menampung 10-12 orang sementara mahasiswa yang terdaftar dalam paguyuban HIPMI-MALUT berjumlah kurang lebih 172 orang.
Mahasiswa yang berpenghuni di asrama di bebani iuran asrama perbulan 10.000 di tambah dengan pembayaran listrik dan air. Sayangnya, dana iuran tiap bulan itu tidak bisa langsung digunakan biaya perawatan apabila ada kerusakan. Sehingga, para penghuni kesulitan apabila ada atap bocor atau aliran air ke kamar mandi mampet. Selain itu, kerusakan atas fasilitas kamar tidur seperti kasur juga tidak bisa diperbaiki.
Pengelola asrama mahasiswa , Irwanto Hasim membenarkan jika kondisi fasilitas asrama banyak mengalami kerusakan. Jika pun ada, fasilitas itu tidak bisa digunakan secara maksimal. Kenapa? “Anggaran untuk perawatan asrama tidak ada.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Indonesia Provinsi Maluku Utara di gorontalo Arsandi Arsad mengaku ada kesulitan untuk memperbaiki jika sewaktu-waktu ada kerusakan. Penyebabnya, tambah Arsandi, karena dana perbaikan asrama atau Dana pemeliharaan sampai saat ini tidak pernah di berikan, sebelum kepengurusan saya juga seperti ini keadaannya. Dari pengajuan anggaran dana baik untuk pemeliharaan,maupun permohonan anggaran kegiatan, tidak mendapat respon dari Pemerintah daerah. Efect dari lelet dana perawatan asrama tak kunjung ada, saat ini banyak fasilitas asrama yang rusak dan tidak layak untuk ditempati.“Ucapnya.
Keluhan serupa datang dari salah satu mahasiswa penghuni asrama. Mahasiswa asal maluku utara yang enggan disebutkan namanya, menuturkan sejak ia menempati asrama banyak fasilitas asrama yang tidak bisa digunakan secara optimal. “Saya kira lebih enak tinggal di asrama karena lebih murah dan lebih dekat dengan Kampus. Ternyata tidak enak, karena air sering mati belum lagi kamar yang tidak mampu menampung mahasiswa di sini sehingga yang lain terpaksa sewa kost.
Akibat kesemrautan itu, mahasiswa asal maluku Utara ini mempertanyakan perhatian Pemerintah Daerah provinsi maluku Utara terkait Dana pemeliharaan Asrama dan anggaran Untuk Organisasi.
“kami sebenarnya ingin bertanya, apakah Pemerintah disana sudah buta dan tidak mau tau lagi dengan keadaan kami yang jelas adalah penerus mereka.” Tegas Arsandi. (Jack)