Oleh : Jhojo Rumampuk
Faktanews.com – Tajuk. Siapa yang bilang bahwa Si Anak Petani dari Barat Gorontalo juga disebut sebagai “Sang Maestro” adalah Putra Terbaik Provinsi Gorontalo?. Syarif Mbuinga bukan yang terbaik, tapi adalah Generasi Milenial yang saat ini memasuki titik tertinggi dalam karir politiknya.
Dalam tataran ideal dan dalam konteks demokrasi kekinian, politik tidak hanya bicara tentang integritas, kualitas bahkan “Isi Tas”, tapi justru yang terpenting, adalah “kapasitas personaliti” politisi yang akan berkompetisi dalam perhelatan demokrasi.
Kapasitas personaliti dalam perspektif akademik, adalah, kemampuan seorang politisi yang memiliki karakteristik kepribadian yang elegan, egaliter, responsif dan menjunjung tinggi etika politik dan demokrasi.
Integritas, kualitas bahkan “Isi Tas” terkadang melahirkan “kepalsuan”, karena bersifat abstrak dan sulit diukur, yang biasanya justru menjadi ancaman dan resistensi dalam berdemokrasi.
Sedangkan kapasitas personaliti bersifat absolut, karena terkait erat dengan “kesejatian diri beserta karakter seseorang yang sulit tercerabut dari akarnya.
Dalam perspektif masyarakat Gorontalo, karakter diterjemahkan sebagai “Watade”, yakni sifat dan pembawaan yang sudah melekat dan sulit terpisahkan dari setiap gerak dan tindak tanduk seseorang.
Itulah 2 dimensi politik dan demokrasi yang sejatinya menjadi sumber nilai dalam memilah, memilih dan menelaah karakteristik politisi dalam perhelatan politik di manapun.
Dalam konteks politik di Gorontalo menjelang Pemilu 2024 mendatang, terdapat instrumen yang menarik jika mengamati lebih jauh deretan para tokoh yang akan maju sebagai calon anggota DPD-RI dari Provinsi Gorontalo.
Diantara tokoh yang menarik dan menjadi buah bibir di masyarakat, adalah kehadiran dan keberadaan Syarif Mbuinga yang sudah resmi menyatakan diri maju sebagai calon Anggota DPD-RI.
Dari sejumlah tokoh yang maju sebagai calon Anggota DPD-RI, nama Syarif Mbuinga boleh disebut menjadi figur yang masuk dalam deretan “tranding topik” yang ramai diperbincangkan di tengah masyarakat Gorontalo yang bahkan mengalahkan sosok Fadel Muhammad.
Mengapa? Terdapat beberapa aspek yang menjadi pemicunya. Pertama, Syarif Mbuinga adalah figur politisi senior Gorontalo dari Partai Golkar yang sudah melewati berbagai jenjang jabatan politik dari bawah. Ia pernah menjadi Anggota DPRD Provinsi, Ketua DPRD Kab. Pohuwato, Ketua DPD II Golkar Pohuwato dan Bupati Pohuwato 2 periode.
Dalam logika sederhana masyarakat, Syarif Mbuinga sejatinya selepas dari Bupati Pohuwato, sudah mendapatkan ruang dan karir politik di Partai Golkar ke jenjang yang lebih tinggi lagi di Provinsi.
Namun dalam realitasnya, logika sederhana masyarakat itu terpental dalam ruang yang hampa. Syarif Mbuinga seakan berada dan terjebak (sengaja dijebak) dalam ruang lingkup “Politik Harapan Palsu” (PHP).
Itulah sebabnya, secara refleks, logika masyarakat pun berpikir, bahwa sosok Syarif Mbuinga sebenarnya “teraniaya” di rumah yang telah ia bangun dan besarkan selama ini. Aspek itulah yang kemudian menyebabkan nama Syarif Mbuinga menjadi trending topik dalam tataran politik Gorontalo belakangan ini.
Kedua, Syarif Mbuinga merupakan “satu-satunya” tokoh politik yang menjadi representasi wilayah barat Gorontalo yang maju di DPD-RI. Itu artinya, jalan Syarif Mbuinga menuju Senayan boleh disebut “mulus” dan tidak memiliki rintangan yang berarti. Faktor ini juga menjadi salah satu instrumen yang menyebabkan nama Syarif Mbuinga menjadi trending topik di tataran politik Gorontalo akhir-akhir ini, terutama di hadapan rival-rival politiknya di DPD
Ketiga, kapasitas personaliti Syarif Mbuinga yang sudah teruji dan berpengalaman. Aspek ini boleh disebut merupakan instrumen yang paling menarik dan tidak akan pernah habis-habisnya dibicarakan di tengah masyarakat.
Bagaimanapun, dalam arena politik elektoral, masyarakat diperhadapkan pada pilihan. Tentu, dalam proses memilih masyarakat dipaksa untuk “membandingkan” figur yang satu dengan figur yang lainnya.
Unsur “Subyektivitas” dan “Obyektivitas” dalam hal ini, menjadi 2 dimensi yang saling tarik-menarik. Namun pada endingnya, siapa yang terbaik itulah yang akan dipilih.
Dalam benak masyarakat yang harus memilih, biasanya “kesejajaran figur”, sama sekali tidak berlaku. Hal itu terjadi karena masyarakat memiliki sumber-sumber nilai, memiliki standar dan barometer tersendiri dan berbeda-beda dalam memilih setiap figur yang ada.
Artinya, ruang berpikir masyarakat diajak untuk melakukan komparasi atau membanding-bandingkan secara obyektif dan reflektif yang berfungsi sebagai “input” untuk menghasilkan “output” pilihan.
Namun, secara komparatif dan berdasarkan fakta-fakta di lapangan,maka logika berpikir sederhana masyarakat tentang siapa figur calon Anggota DPD-RI yang terbaik di Gorontalo, sebenarnya sangat mudah terbaca, yakni sejauh ini nama Syarif Mbuinga nampaknya tetap bertengger di papan teratas.
Asumsinya, lagi-lagi merujuk pada kapasitas personal Syarif Mbuinga yang tidak saja sudah teruji, tapi meminjam istilah akademik sudah sangat layak mendapatkan predikat “Mega Cumlaude’
Jika berbicara tentang kepemimpinan yang responsif, elegan dan egalitarian, Syarif Mbuinga selama ini tidak saja sudah terbukti, tapi semua itu sudah menjadi “pakaian” kepemimpinannya yang sudah tidak diragukan lagi.
Demikian juga, berbicara tentang kapasitas, intelektualitas, wawasan kebangsaan dan aspek sosial kemasyarakatan lainnya, Syarif Mbuinga telah menorehkan sejarah yang sudah terukir dan tertulis dalam memori akal sehat masyarakat.
Karena sesungguhnya, keterwakilan politik di Gedung Parlemen itu, baik di tingkat pusat dan di daerah itu, hanya membutuhkan kehadiran figur yang memiliki 2 dimensi “kapasitas personal” yang memadai.
Yakni dimensi pertama adalah, responsif, elegan, egalitarian dan etis yang menjadi modal dasar bagi politisi untuk senantiasa terpanggil menyelami harapan dan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.
Dimensi yang kedua, adalah kualitas personaliti meliputi, intelektualitas, wawasan kebangsaan dan kecakapan dalam berkomunikasi.
Dua dimensi kapasitas itu, menjadi tuntutan hingga membuat nama Syarif Mbuinga menjadi sosok yang terbaik dari yang terbaik di Provinsi Gorontalo dan harus ada sikap legowo dari para politisi senior untuk memberikan kesempatan bagi para kaum muda untuk ikut serta dalam kontestasi antara DPR RI/DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi dan DPD RI.
Sebagaimana namanya ” Parlemen” berasal dari bahasa Yunani “Parler” yang artinya “berbicara”, yakni membicarakan, membahas dan mendiskusikan kepentingan rakyat yang diwakilinya dengan monumen akal sehat di dalamnya. Hal itu, bersyukur, ada dalam figur seorang Syarif Mbuinga. Semoga