Faktanews.com (Nasional) – Jakarta, Terkait dengan meninggalnya salah satu Wartawan Sinar Pagi Baru di sel tahanan Polres Kali Baru beberapa waktu lalu, membuat sejumlah Media menduga bahwa terbentuknya Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) tengah dibiayai oleh Pengusaha Dunia Hitam.
Wilson Lalengke yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) mengatakan bahwa saat ini dirinya mencium aroma tak sedap paska terdengarnya informasi bahwa ratusan Wartawan Kalimantan Selatan tengah “Pesta Pora” setelah 2 (Dua) hari Kematian Almarhum M. Yusuf.
“Edingnya sangat mudah ditebak, kita lihat saja nanti, pasti PWI akan mengeluarkan pernyataan bahwa Almarhum M. Yusuf meninggal secara wajar, dimana informasi terakhir yang saya dapatkan bahwa setelah 2 hari kematian almarhum, ratusan wartawan mendapatkan undangan Buka Puasa bersama dirumah Gubernur Kalsel Sahbirin Noor yang juga merupakan paman dari Pengusaha yang kemarin beritanya sempat diangkat oleh almarhum.” Tegas Wilson
Ditambahkannya lagi, bahwa saat itu pula, Sang Pengusaha Hitam sempat memberikan amplop dengan berbagai nominal, semuanya diatur berdasarkan jabatan para jurnalis yang hadir.
“Walau menggunakan tema Buka Puasa Bersama, Sang Pengusaha yang dikenal dengan nama Hi. Isam ini hadir dan membagi-bagikan ampau, dimana wartawan junior dan kronco menerima amplop yang berisikan uang sebesar 500 ribu rupiah, sedangkan Pimred dan owner media diduga menerima budget mencapai belasan juta rupiah, Maksudnya apa itu? Tak masuk dalam nalar saya, seraya menyebut para wartawan itu sebagai robot tanpa hati, Kawannya tewas di penjara, eh, malah mereka berbahagia dibagi THR oleh simafioso itu.” Ungkap Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu.
Wilson juga meminta hati-hati terhadap manuver PWI yang dinilainya pengkhianat pers.
“Waspada dan siapkan semangat perlawanan,” pintanya kepada jajaran pers yang tidak tercatat pada PWI dan Dewan Pers.
Apalagi, tambahnya, mendiang M. Yusuf tidak tercatat sebagai anggota PWI, yang selalu dicibir dan dianggap sebelah mata sebagai wartawan abal-abal.
“Lho kok, tiba-tiba mereka peduli menelisik kematian almarhum dengan membentuk TPF,” ujar Wilson.
Begitupun Ketua Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI), Taufiq Rachman SH, Ssos, juga mensinyalir ketidakberesan PWI sebagai TPF.
“Kan, PWI selama ini tidak pernah membela wartawan yang bukan anggotanya. Lho kok sekarang, adanya dugaan pelanggaran berat tewasnya mendiang, kok PWI punya solidaritas tinggi. Mau jadi pahlawan kesiangan,” semprot Taufiq.
Padahal, menurut dia, tewasnya Mohammad Yusuf, tak bisa dilepaskan dari induk semangnya PWI, Dewan Pers. Sebab, Dewan Pers yang memberikan rekomendasi kasus almarhum tindak pidana. Bukan delik pers.
“Rekomendasi itu yang membuat penyidik menahan sehingga tewas di tahanan,” ujar Taufiq yang menyakini tidak adanya pembelaan dari Dewan Pers.
“Jika ada, saya yakin nasib M. Yusuf tidak mengenaskan,” sambungnya.
Taufiq menyebut, andai saja rekomendasi meminta H. Isam untuk melakukan bantahan sesuai Kode Etik Jurnalistik, kasusnya tidak akan seperti itu.
“Cuma, karena Dewan Pers memandang sebelah mata, ya akhirnya Allah punya cara lain membuka aib diskriminasi Dewan Pers pada wartawan di Indonesia,” papar Taufiq.
Hal senada juga disampaikan Ketua Setnas Forum Pers Indonesia (FPII) Mustofa Hadi Karya yang sedang merintis berdirinya Independent Jurnalis Indonesia (IJI) saat dihubungi wartawan, Rabu (20/6). Ia menilai kematian M. yusuf sangat tidak wajar.
“Pengusaha H. Isam seperti raja bandit saja. Kepolisian Polres Kota Baru harus bertanggungjawab atas kematian M. Yusuf.” Ucapnya.
PWI lembaga Pers yang bau busuk, lembaga itu berjongkok diketek dewan pers dan dewan pers menjadikan PWI anak emasnya.
“Saya meyakini ada aliran dana yang tidak sedikit dari pengusaha hitam itu untuk PWI dan dewan pers. Berapa milyar rupiah yang mereka keruk untuk menghabiskan seorang wartawan M Yusuf?” Papar Mustofa.
Skenario Politik jahat para pemain skandal itu telah mencoreng nama umat pers Indonesia. Lanjut ketua Setnas FPII. “Mungkin tahun ini akan menjadi kuburan terakhir para oknum dewan pers dan PWI.” Ancamnya.
Mustofa mendesak Polri untuk segera usut dan tuntaskan kasus kematian M. Yusuf. Siapapun yang terlibat maka hukum harus ditegakkan.(TIM/IPJI/PPWI/FPII/FN)