Faktanews.com, Gorontalo — Ketika sebagian pemimpin sibuk menyusun kebijakan di balik meja, Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, justru menunjukkan makna kepemimpinan yang menyentuh langsung denyut persoalan rakyat. Dua anak mantan badut jalanan kini punya masa depan baru, setelah Adhan memutuskan menyekolahkan dan menampung mereka di rumah pribadinya.
Cerita ini bermula dari kegiatan razia gelandangan dan pengemis yang dilakukan oleh Satpol PP dan Dinas Sosial PM. Dari hasil pendataan, dua anak yang terjaring ternyata telah lama putus sekolah dan membantu ibunya, Santi Harun—seorang ibu tunggal—mengais rezeki di jalanan.
Alih-alih membiarkan kasus ini berlalu sebagai laporan administratif semata, Adhan justru mengambil sikap pribadi: membuka pintu rumahnya dan menanggung seluruh biaya pendidikan anak-anak tersebut hingga SMA.
“Ini bukan program pemerintah. Ini murni inisiatif pribadi Pak Wali. Beliau ingin mereka tumbuh dalam lingkungan yang lebih sehat dan mendapat pendidikan yang layak,” jelas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Lukman Kasim.
Kepedulian Adhan tidak berhenti di pendanaan. Ia mengundang langsung ibu dan kedua anak itu ke kediamannya di Kelurahan Limba B. Dalam suasana penuh haru, sang ibu mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Saya tidak tahu harus berkata apa. Pak Wali bukan hanya menyelamatkan anak saya dari jalanan, tapi memberi mereka masa depan,” ujar Santi dengan mata berkaca.
Langkah ini bukan hal baru bagi Adhan. Saat menjabat pada periode 2008–2013, ia pernah menyekolahkan belasan anak kuli pikul dari Pasar Sentral. Beberapa dari mereka kini telah bekerja, bahkan ada yang berhasil masuk ke instansi pemerintah.
“Saya percaya, satu anak yang diselamatkan melalui pendidikan bisa mengubah nasib satu keluarga. Selama saya punya kemampuan, saya akan terus bantu,” ungkap Adhan dalam berbagai kesempatan.
Di tengah tantangan sosial perkotaan, keputusan Adhan mengangkat anak-anak jalanan secara langsung ke lingkungan rumahnya bukan hanya soal bantuan, tetapi bentuk keteladanan moral. Ia menunjukkan bahwa pemimpin yang baik bukan hanya hadir di ruang rapat, tetapi juga di ruang-ruang kecil di mana harapan rakyat sering kali nyaris padam.
