Faktanews.com, Pohuwato– Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) se- Kecamatan Duhiadaa menggelar rapat penghamburan dan doa syukuran tingkat P3A, 2 November 2021.
Kegiatan itu juga mengundang langsung Bupati Pohuwato, Saipul Mbuinga dan Kepala Dinas Pertanian, Kamri Alwi. Pada kesempatan itu, di hadapan Bupati, para petani pun menyampaikan keluh kesah mereka terhadap dengan problem yang sering mereka hadapi.
Mewakili Kepala Desa (Kades) se-Kecamatan Duhiadaa, Kades Mootilango, Rahim Gobel menyampaikan bahwa para petani mengeluhkan pintu klep di perbatasan air laut yang sudah rusak. Akibat dari rusaknya pintu klep para petani terganggu dalam aktifitasnya.
“Mohon kiranya dari pemerintah daerah dapat secepatnya untuk membenahi pintu klep,” ungkapnya.
Nasir yang juga mewakili para petani menyampaikan keresahan para petani terkait dengan ketersediaan pupuk.
“Kami petani sudah ingin memupuk pak, pupuk menghilang dari gudang atau dari penyalur pak, bagaimana (itu) pak?,” ungkapnya di hadapan Bupati Saipul.
Ia juga menyampaikan terkait dengan ketersediaan bibit yang ketika sudah tiba waktunya untuk melakukan penanaman tapi bibitnya belum kunjung ada.
“Karena sudah memasuki musim tanam, tanggal 2 tanggal 3, kapan datangnya bibit bantuan, ini sudah tanggal sekian, sisa kuran lebih 20 hari, tolong jangan seperti yang lalu-lalu pak, tanggal muda tanggal sekian (tapi) nanti sudah bulan depan baru datang bibit,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Manan yang juga merupakan petani menyampaikan keresahan mereka terhadap kualitas beras para petani yang ada diwilayahnya. Ia kemudian membandingkan antara kualitas beras lokal dengan yang berasal dari luar daerah. Menurutnya, kualitas beras dari luar daerah lebih diatas dari pada beras lokal.
“Sehingga mengakibatkan para petani sampai dengan hari ini untuk menjual beras itu susah yang dirasakan oleh petani, makanya kami ini sebagai petani mau berhasil atau tidak tetap sama,” ujarnya.
Dihadapan Bupati Saipul, ia berharap Pemerintah Daerah dapat mengaktifkan kembali dolog yang ada di Pohuwato agar bisa menampung hasil pertanian para petani.
Petani juga kata dia, mengeluhkan soal sedimentasi yang berasal dari gunung atau dari tambang. Menurutnya, meskipun air sudah dilepas untuk mengairi pertanian warga, akan tetapi juga tidak sesuai dengan kebutuhan dilokasi bahkan hanya akan merembet ke rumah para penduduk di Desa Bulili.
“Sehingga perlu untuk pengerukan (sedimen) untuk Desa Bulili,” terangnya.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bagaimana susahnya para petani yang memiliki traktor pribadi maupun dari bantuan untuk mendapatkan BBM jenis solar.
“Bahkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinas itu hanya dibatasi, pertanyaan kami kira-kira bagaimana para penambang yang memakai solar yang ratusan galon, ribuan liter, yang di perlukan oleh mereka-mereka di atas, apakah punya rekomendasi? Seperti itu, dan kami sebagai petani harus melalui rekomendasi,” jelasnya.
Akibatnya kata dia, para petani harus membeli solar kepada penjual eceran karena terbatasnya pembelian dari rekomendasi Dinas Pertanian. Hal ini mengakibatkan pembengkakan harga dalam pembelian solar bagi petani.
Selain itu, kepada Bupati Pohuwato ia menyarankan agar Penas di Pohuwato yang hari ini tidak lagi aktif agar di aktifkan kembali.
“Dan jika seandainya ini akan di tampung oleh pak Bupati, Penas akan di aktifkan, tolong juga petani yang diperbanyak di undang, jangan hanya pegawai-pegawai yang banyak,” terangnya.
Menanggapi keluh kesah para petani terkait dengan pintu klep yang jebol tersebut, Bupati Saipul menjelaskan bahwa dirinya sudah meninjau langsung tempat tersebut dan sudah berkoordinasi dengan instansi terkait.
“Di 2022 itu teralokasikan, karena ini menjadi kewenangan pemerintah provinsi, teralokasikan anggaran untuk pembangunan kembali pintu klep tersebut,” ucapnya.
Terkait dengan kualitas beras di Pohuwato yang terbilang jauh lebih unggul dengan beras dari luar daerah, Saipul menuturkan bahwa hal itu butuh proses kesabaran yang cukup panjang.
“Ini juga menjadi pemikiran setiap saat pemerintah daerah, dan kami tidak perlu dipertanyakan dan kami sudah memahami itu, dan itu realita,” ujarnya.
Sementara itu, terkait dengan persoalan sedimentasi yang selalu menjadi problem para petani saat dilapangan Saipul menjelaskan bahwa memang harus ada alat yang disediakan untuk setiap saat mengeruk perihal sedimentasi itu.
Ditempat yang sama, Soal rekomendasi BBM, Kepala Dinas Pertanian Kamri Alwi mengaku hampir setiap hari dirinya menandatangani rekomendasi. Meskipun begitu, ia akan mengevaluasi kembali terkait dengan keluhan para petani itu.
Bahkan, untuk mempermudah para petani dalam rekomendasi tersebut, ia mengaku sudah membuat alternatif terkait dengan rekomendasi itu.
“Yang mana pemegang alsintan menyetor nomor WA nya, kemudian rekomendasi dari Kepala Desa cukup di foto sebagai barang bukti, supaya cepat, nanti menjemputnya tidak boleh diwakili, harus mengambil langsung, supaya menghindari salah pemanfaatan,” tuturnya.
Terkait dengan pupuk, ia mengatakan bahwa pihaknya terus mengawal pupuk tersebut melalui aplikasi RDKK.
“Jadi untuk data pupuk subsidi kita di 2022 naik dari 2021,” ujarnya. Karena itu masih rekomendasi sementara, maka ia masih akan menunggu penetapan.
Ia juga akan mengevaluasi model penanganan saat dilapangan. Ia juga meminta kepada masyarakat agar jangan nanti ketika sudah butuh baru kemudian memohon pengadaan pupuk.
“Jadi jauh hari sebelumnya, untuk mengajukan permohonan, supaya bisa disiapkan, karena ini barang tidak ready di gudang, harus di ajukan permohonannya,” ungkapnya.
Penulis: Surdin