Oleh : Jhojo Rumampuk
Faktanews.com – Kabupaten Pohuwato. Untuk mewujudkan Visi Gorontalo Emas 2045, terdapat beberapa konsep pemikiran Bupati Pohuwato Saipul A. Mbuinga yang layak menjadi rujukan dalam proses pembangunan. Berbagai asumsi pemikiran tersebut lahir dari berbagai pertimbangan, bersumber dari aspirasi maupun pengamatan selama ini. Beberapa konsep pemikiran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- Persatuan, ” Buhuta waw Walama ” sebagai Prasyarat
Dalam proses mewujudkan kemajuan suatu negara atau suatu daerah, prinsip utama dan penting adalah persatuan. Itulah sebabanya, semenjak dulu kala, leluhur Gorontalo telah mewariskan nilai-nilai yang tercermin dari istilah Buhuta waw walama, yang mengandung makna bahwa rakyat Gorontalo di manapun harus mengikat diri ke dalam satu kesatuan seperti anyaman tikar yang tidak mudah tercerai berai sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kemaslahatan bersama.
Bahkan dari sejarah peradaban masyarakat Gorontalo, Linula atau Kerajaan pertama yang tercetus bernama “Tuwawa” atau Suwawa yang berasal dari kata Towawa’a yang artinya satu tubuh, satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Oleh karena itu, nilai-nilai persatuan dalam perspektif masyarakat Gorontalo, dapat dimaknai oleh segenap rakyat Gorontalo untuk tidak menabur permusuhan dan konflik di antara sesama orang Gorontalo. Selain menjadi resistensi bagi kemajuan Gorontalo ke depan, juga menyimpang dari nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para leluhur di bumi Lo Hulondtalo.
Dengan begitu, para politisi, para pemangku kebijakan dan elemen masyarakat lainnya, dapat menelaah semangat Buhuta waw walama untuk dengan menghentikan, menghilangkan atau mengeliminir permusuhan dan konflik diantara para elit politik guna memberikan keteladanan di tengah masyarakat.
Jika ada persoalan yang mengganjal atau dalam Bahasa Gorontalo Woluwo U’ Ala-alato, terdapat ruang untuk membicarakan persoalan itu melalui “Dulohupa” atau musyawarah yang menjadi alternatif untuk mencapai “titik temu” agar kita kembali akur dan harmonis melalui semangat kekeluargaan (Ungala’a) sebagai bo wali Lo’u ngobungo atau bersaudara yang bersumber dari satu rumpun.
Yang paling penting dalam konteks ini, adalah persatuan diantara para elit guna menebar nilai-nilai keteladanan di tengah masyarakat. Artinya persatuan yang “top down”.
Apalagi dalam konsep kepemimpinan di Gorontalo yang menganut filosofi sungai yang dikenal dengan istilah Ta’uwa, Butaiyo dan Huliya Liyo, maka prinsip-prinsip keteladanan sangat penting dihayati oleh setiap pemimpin di Gorontalo.
Tau’wa adalah kawasan hulu sungai, sementara buta’iyo atau aparatur adalah daerah pertengahan sungai dan Huliya Liyo adalah rakyat yang berada di kawasan hilir sungai. Jika Ta’uwa bersih, tenang dan damai, maka daerah pertengahan sungai hingga daerah hilir juga akan bersih dan tenang. Nilai-nilai filosofis kepemimpinan yang diwariskan oleh leluhur itu, sejatinya menjadi instrumen penting yang dapat mengawal semangat kepeimpinan di Gorontalo sekaligus mengantarkan daerah ini sebagai daerah yang maju dan berkembang di masa-masa mendatang.
2. Pembangunan SDM yang unggul dan berdaya saing sebagai SKALA PRIORITAS
Dalam rangka “Menakar dan Menatap Masa Depan Gorontalo, mewujudkan visi Gorontalo Emas 2045”, maka sejatinya pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, berdaya saing dan berkarakter menjadi skala prioritas.
Pembangunan SDM tentu tidak hanya melakukan pembenahan pendidikan formal semata, tapi pendidikan secara keseluruhan. Mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi, pendidikan life skill, pendidikan masyarakat (dikmas) dan pendidikan non formal lainnya yang patut untuk terus mendapat perhatian, termasuk penyelenggaraan Paket A, B dan C.
Tugas utama pendidikan pada hakekatnya hanya ada 2 : yakni, 1) Memikirkan generasi hari ini dan 2). Mempersiapkan generasi mendatang. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang usia 7-18 tahun, tapi juga pendidikan bagi masyarakat.
Dalam kerangka membangun pendidikan, maka terdapat 3 aspek yang menjadi rujukan yakni :
- Meningkatkan akses pendidikan, atau pendidikan untuk semua Education for all, artinya orang Gorontalo tidak ada yang tidak bersekolah dan tidak ada yang putus sekolah, karena itu sudah menajdi amanat Undang-Undang sebagai hak asasi bagi siapapun untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi semua anak Indonesia.
- Meningkatkan Kualitas pendidikan. Terkait aspek ini, maka pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, prasarana penunjang pendidikan, peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan menjadi prioritas.
- Penyelenggaran pendidikan yang relevansif. Yakni model pendidikan yang berbasis pada potensi kawasan. Apalah artinya pendidikan jika kemudian anak didik setelah menamatkan pendidikan tidak mampu mengembangkan potensi yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, pendidikan ke depan lebih diprioritaskan untuk membangun unit-unit sekolah kejuruan yang berorientasi pada skill dan kewirausahaan, termasuk pendidikan D3 atau ahli madya kejuruan. Artinya, di Gorontalo ke depan, sekolah kejuruan hendaknya lebih ditingkatkan lagi di masa-masa mendatang.
Selain itu, dalam kerangka melahirkan SDM yang unggul dan berdaya saing ke depan harus ada upaya dan komitmen yang serius dari pemerintah setiap tahunnya untuk memberikan beasiswa penuh kepada siswa berprestasi untuk di sekolahkan atau kuliah di Perguruan Tinggi ternama di Kota-kota besar, seperti Jakarta, Jokyakarta, Bandung dan di perguruan tinggi berkualitas lainnya.
Bukan hanya sekadar memberikan beasiswa, tapi kelanjutan program ini terus dikawal. Caranya, terdapat ketentuan yang dipersyaratkan, seperti kesediaan untuk mengikuti program magang di perusahaan-perusahaan besar atau mengikuti program coaching yang diberikan oleh pengusaha sukses di kota-kota besar dalam jangka waktu tertentu.
Setelah itu, mereka bersedia untuk kembali ke Gorontalo dan menjadi pelopor sekaligus menjadi pelaku usaha yang mampu mengembangkan berbagai potensi yang ada untuk mewujudkan harapan menuju Gorontalo Emas 2045 mendatang.
3. Pengembangan Potensi SDA yang berwawasan lingkungan
Pembangunan di Gorontalo ke depan harus dapat diarahkan pada pembangunan yang berwawasan lingkungan. Hal itu penting sebagai bentuk tanggung jawab bahwa segala potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki hari ini bukan miliki generasi sekarang, tapi milik generasi mendatang.
Keserakahan sesaat demi kepentingan ekonomi bukanlah semangat yang melekat dalam diri setiap pengambil kebijakan di daerah ini, melainkan pengambil kebijakan yang tetap merujuk pada pengembangan potensi kawasan agar tetap lestari.
Disinilah komitmen, kesungguhan dan i’tikad yang baik dan bertanggung jawab sangat dibutuhkan. Suatu dosa besar, jika generasi hari ini mewariskan lingkungan yang rusak hanya karena ambisi dan keserakahan untuk meraup keuntungan yang besar dengan menutup mata terhadap kelangsung hidup anak-anak cucu Gorontalo di masa-masa mendatang.
Hutan konservasi tetap dijaga dan dilestarikan, mengendalikan lahan-lahan pertanian jangan sampai berubah menjadi pemukiman penduduk, atau pembangunan pemikiman penduduk, termasuk perumahan di kota-kota atau di ibukota kabupaten yang tetap mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dibahas dan dianalisis secara komprehensif dan berwawasan ke depan. Yang jelas masalah pelestarian lingkungan tetap menjadi prioritas, karena menyangkut masa depan kehidupan dari keturunan-keturunan Gorontalo yang tentu berhak untuk hidup di tengah-tengah lingkungan yang lestari, bukan lingkungan yang telah dirusak oleh generasi pendahulu mereka.
4. Agenda Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran
Harus diakui bahwa Provinsi Gorontalo saat ini masih termasuk daerah dengan prosentase kemiskinan yang cukup tinggi sekitar 17 persen di Indonesia. Masalah kemiskinan ini ke depan, tidak hanya dilakukan secara sektoral, tapi membutuhkan formula yang bersinergi antara pemerintah Provinsi dan antar kabupaten. Selama ini penanggulangan kemiskinan lebih cenderung berjalan sendiri-sendiri.
Oleh karena itu, perlu dirumuskan penanggulangan kemiskinan yang tidak hanya dilakukan melalui pendekatan “Penyaluran bantuan” semata, tapi yang lebih terpenting adalah meransgang daya juang, daya kerja masyarakat untuk meraih penghidupan yang lebih baik.
Ke depan, pendekatan penanggulangan kemiskinan harus diubah dari selama ini hanya seakan “memberikan ikan” maka pendekatan di masa mendatang adalah “memberikan kail”. Jika untuk hidup sehari maka berikan seseorang ikan, namun untuk kehidupan yang lama, maka berikan seseorang kail, bukan ikan.
Oleh karena itu, program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan keterampilan, pelatihan kewirausahaan, edukasi peningkatan etos kerja, program desa mandiri dengan pengembangan potensi desa sangat penting menjadi rujukan untuk didorong guna menanggulangi kemiskinan dan menurunkan angka pengangguran di daerah ini.
Masih terkait dengan program penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, sektor ekonomi kreatif yang terdiri dari 14 komponen ke depan, membutuhkan penguatan dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi untuk dimanifestasikan ke dalam ranah masyarakat Gorontalo.
Hal itu penting untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat di satu sisi dan meningkatkan daya saing generasi muda Gorotalo di masa mendatang guna melahirkan produk-produk yang berkualitas yang tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia.
Menurut hemat Saipul Mbuinga, Ekonomi kreatif merupakan potensi yang terbuka lebar untuk digarap, terutama oleh kalangan pemuda terdidik. Ciri khusus industri kreatif adalah menunjukkan keunggulan kreativitas dalam menciptakan desain kreatif pada produk barang/jasa yang dihasilkan.
Menurut Saipul Mbuinga, karakteristik ekonomi kreatif sangat memungkinkan dan berpotensi untuk digarap, karena berbasis pada ide dan gagasan serta pengembangannya tak terbatas dalam segala usaha, siklusnya yang singkat margin tinggi dengan keaneka ragaman produk yang mudah dikembangkan.
Yang terpenting dalam pengembangan ekonomi kreatif adalah kerjasama dan interkoneksi dari semua pihak yang terlibat dalam industri kreatif, seperti kaum intelektual (cendekiawan), dunia usaha, dan pemerintah yang menjadi prasyarat paling dasar. Selain itu, prasyarat berupa kreativitas, keahlian dan talenta kian berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual.
Hal itu terlihat dari jenis dan sektor ekonomi kreatif yang dapat dibagi ke dalam 14 sektor industri ekonomi kreatif, antara lain : Periklanan, Arsitektur, Pasar Barang Seni, Kerajinan (Handicraft), Desain, Fashion, Film, Video dan Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Radio dan Televisi, Riset dan Pengembangan. Selain ekonomi kreatif, salah satu isntrumen yang perlu mendapat perhatian pemerintah dalam kerangka menanggulangi kemiskinan adalah, pemberantasan praktek riba dan sistem Ijon di desa-desa yang dilakukan oleh para Tengkulak dan rentenir yang berkedok Koperasi yang meminjamkan uang kepada para petani dengan bunga yang sangat tinggi.
Selama ini, banyak petani yang merasa terjebak pada kegiatan riba di desa-desa yang tidak terpantau oleh pemerintah. Salah satu yang menggiurkan petani adalah kemudahan yang diberikan oleh tengkulak atau koperasi riba.
Begitu datang, petani langsung mendapatkan kredit, namun dibalik kemudahan itu, petani tidak menyadari bahwa justru dengan itu, petani terus terjebak dalam kondisi miskin karena bunga yang dikenakkan hingga mencapai 50 persen.
Hal itu menajdi fenomena yang biasa di desa-desa yang harus diberantas hingga ke akar-akarnya oleh pemerintah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah, memberikan kemudahan dalam penyaluran kredit atau bantuan modal kepada petani pada setiap musim tanam atau membentuk Koperasi Syariah di desa-desa sebagai salah satu solusi memberantas praktek-praktek Ijon di desa-desa yang justru menggerogoti pendapatan petani ketika musim panen tiba.
5. Penanggulangan Banjir
Agenda besar lainnya yang perlu mendapat perhatian ke depan adalah, penanganan masalah banjir yang terus mendera Gorontalo setiap tahunnya. Oleh karena itu, masalah banjir ini harus dilakukan secara terintegrasi dan koordinasi antar Kabupaten dan Kota di Gorontalo.
Sebagai gambaran, masalah banjir di Kota Gorontalo adalah kiriman dari daerah Bone-Bolango, maka Pemerintah Kota dan Pemerintah Kab. Bone Bolango harus duduk bersama untuk membahas hal itu. Demikian pula dengan Kabupaten Gorontalo dan Kab. Gorontalo Utara serta Kab. Pohuwato dan Boalemo.
6. Pelestarian Cagar Budaya dan Bahasa Lokal yang mulai Punah
Pelestarian cagar budaya peninggalan leluhur Gorontalo, termasuk pelestarian seni budaya tak benda di Gorontalo perlu diseriusi ke depan. Termasuk yang perlu dilakukan secara mendesak adalah pelestarian bahasa daerah di Gorontalo yang sudah berada diambang kepunahan, seperti Bahasa Bune, Bahasa Bulango, Bahasa Bune (Suwawa), Bahasa Atinggola (Andagile) dan Bahasa Gorontalo sendiri.
Dalam konteks ini perlu dirumuskan formula-formula khusus, bagaimana agar pelestarian cagar budaya dan bahasa lokal serta warisan budaya tak benda di Gorontalo ini tetap lestari. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan tentu bersifat konkrit dan kena pada sasaran, bukan sekadar seremoni dan retoris semata. Artinya dibutuhkan pendekatan dan tindakan nyata yangd apat dilihat ouput programnya.
7. Kegiatan Keagamaan dan Syiar Islam sebagai wujud Eksistensi Gorontalo sebagai Daerah Serambi Madinah
Kegiatan dakwah dan syiar Islam di Gorontalo ke depan perlu ditingkatkan lagi ke dalam relung-relung kehidupan masyarakat Gorontalo. Pengajian di Kampung-kampung, pendidikan tahfidz Qur’an dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya patut disemarakkan di Gorontalo.
Hal ini penting untuk meningkatkan iman dan takwa masyarakat Gorontalo, menangkal pengaruh gempuran budaya-budaya yang bertentangan dengan adat, budaya dan falsafah Gorontalo yang bersendikan Syara’ dan syara’ bersendikan Al-Qur’an, juga untuk mencegah terjadinya dekadensi moral yang menjadi resistensi kemajuan bersama. Jika perlu ke depan, setiap desa diprogramkan gerakan Hafal Qur’an atau Tahfidz Qur’an sebagai sebuah gerakan yang massif yang melibatkan anak-anak muda Gorontalo agar mereka menjadi insan yang unggul dan berkualitas.
Program-program penguatan terhadap organsiasi keislaman di Gorontalo juga patut diperkuat, salah satunya mendorong peran pemuka agama dari berbagai Organisasi Keislaman untuk berperan membina umatnya, tidak hanya dalam kegiatan keagamaan semata, tapi juga kegiatan yang berbasis pada pengembangan ekonomi ummat.
Hal itu dimaksudkan agar organisasi-organisasi Islam di Gorontalo mampu memberikan penguatan terhadap program-program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di datu sisi dan meningkatkan harkat dan martabat rakyat Gorontalo di sisi yang lain.
8. Agenda Pemekaran Daerah Tetap Menjadi Prioritas untuk Diperjuangkan
Semangat dan aspirasi masyarakat di wilayah Gorontalo Barat, wilayah Boliyohuto, Batudaa Cs atau Panipi, wilayah Bone Pesisir, Kota Talaga dan bahkan Kab. Bulango Raya patut untuk dipertimbangan dan terus diperjuangkan di masa-masa mendatang sebagai agenda untuk mendekatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat Gorontalo. jika melihat dan mengamati aspirasi masyarakat terbentuknya Daerah Otonom Baru (DOB) di Gorontalo cukup tinggi. Hal itu tentu membutuhkan uluran tangan pemerintah dan semua komponen untuk bersama-sama memperjuangkan lahirnya Kab. Panipi, Kab. Gorontalo Barat, Kab. Bone Pesisir, Kab. Boliyohuto dan Kota Talaga.
Jika perlu Presnas Gorontalo kembali tampil untuk memainkan peran, menjembatani aspirasi masyarakat tersebut dengan Pemerintah Pusat agar apa yang diaspirasikan dan diharapkan oleh masyarakat dapat terealisasi dalam 5 hingga 10 tahun mendatang.
Bagaimanapun, dengan terbentuknya 5 DOB tersebut di Gorontalo, dengan asumsi membutuhkan 3 ribu Aparatur Sipil Negara (ASN), maka terdapat 15 ribu generasi Gorontalo dapat tertampung di pemerintahan sehingga mampu mengurangi pengangguran. Demikian juga dengan alokasi anggaran yang turun ke daerah ini juga akan meningkat drastis. Yang jelas, lahirnya 5 DOB di Gorontalo yang diaspirasikan oleh masyarakat membaw adampak positif bagi kehidupan masyarakat Gorontalo di masa-masa mendatang.
9. Kelanjutan Pembangunan Bandara di Pohuwato
Kelanjutan pembangunan Bandara di Kab. Pohuwato sebagai alternatif yang dapat memudahkan masyarakat Gorontalo di wilayah Barat patut direspon dan diperjuangkan bersama-sama oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab. Pohuwato.
Hal itu penting sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah barat Gorontalo yang memiliki rentang jarak yang cukup jauh dengan Bandara Jalaludin Tantu di Isimu. Dengan demikian, semangat Pemerintah Kab. Pohuwato untuk kelanjutan program pembangunan Bandara di Pohuwato patut didukung dan disuport oleh seluruh komponen di Gorontalo dalam kerangka memberikan penguatan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah barat Gorontalo. Artinya menjadi sebuah berkah, jika tekad pembangunan Bandara Pohuwato tersebut benar-benar terealisasi dan menjadi sebuah kebanggaan bagi Gorontalo di masa-masa mendatang.
10. Pembangunan Fasilitas Penunjang Mewujudkan Visi Gorontalo Emas 2045
Dalam rangka mewujudkan visi Gorontalo Emas 2045, Saipul Mbuinga sebagai bagian dari masyarakat Gorontalo dan sebagai Bupati Pohuwato merasa bangga, jika daerah Gorontalo secara keseluruhan meraih kemajuan yang signifikan.
Tidak hanya bangga, sebagai Bupati, akan terus memainkan peran bagi terwujudnya Gorontalo yang lebih baik yang bermula dari Pohuwato. Prinsipnya adalah, “Membangun Provinsi Gorontalo dari Pohuwato”. Oleh karena itu Saipul Mbuinga secara khusus, mendambakan Gorontalo memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang prosepektif diantaranya sebagai berikut :
a. Terwujudnya pembangunan jalan lingkar Utara dan Selatan Gorontalo, yang menembus Tolinggula-Marisa-Popayato hingga Ke Bilihu-Batudaa Pantai terus melintasi wilayah timur Gorontalo ke wilayah Utara Atinggola dan wilayah Tapa. Dengan pembangunan jalan Lingkar Utara dan Lingkar Selatan tersebut, maka Gorontalo menghadirkan sebuah potensi yang besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok desa. Melalui upaya itu pula, maka tidak ada lagi daerah di Gorontalo yang terisolir dan penyebaran penduduk Gorontalo menjadi merata sehingga mengurangi arus urbanisasi ke Kota Gorontalo yang kelak dapat memunculkan persoalan-persoalan pemukiman kumuh di Gorontalo tidak akan mengganggu proses menuju Gorontalo Emas 2045.
b. Terwujudnya Pelabuhan Bilato di bagian Selatan dan Pelabuhan di bagian barat Popayato. Sebagai Bupati Pohuwato Saipul Mbuinga sangat mendukung upaya Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo yang telah mencanangkan Pelabuhan Bilato di bagian selatan Gorontalo.
Secara geografis keberadaan Pelabuhan ini yang berada di kawasan pertengahan Gorontalo sangat strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang kelak mampu menopang perekonomian wilayah Boalemo, Kab. Gorontalo dan Boliyohuto CS termasuk wilayah Biluhu dan Batudaa Pantai di Panipi yang selama ini masih termasuk daerah yang sulit dijamah.
c. Terwujudnya Gedung Islamic Centre sebagai Pusat Dakwah dan Syiar Islam di Kawasan Utara Sulawesi
Sebagai Bupati Pohuwato, Saipul Mbuinga memiliki obsesi terwujudnya Islamic Center di Gorontalo sebagai Pusat Dakwah dan Syiar Islam di kawasan Sulawesi bagian Utara. Keberadaan Islamic Center ini tidak hanya menjadi kebanggaan tapi menjadi cermin Gorontalo sebagai daerah Serambi Madinah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagaimana yang menjadi filosofi adat Gorontalo yang bersendikan Al-Qur’an.
d. Gorontalo sebagai Kota “Satelit Pendidikan” di Kawasan Utara Sulawesi.
Obsesi lainnya yang patut untuk diperjuangkan adalah pencanangan Gorontalo sebagai “Satelit Pendidikan” di kawasan utara Sualwesi atau di kawasan Teluk Tomini yang mampu menghadirkan lembaga-lembaga pendidikan unggulan, SMA unggulan, SMK unggulan dan Perguruan Tinggi Unggulan yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Gorontalo.
Dengan begitu, Gorontalo yang sudah dikenal eksistensinya semenjak dulu di jazirah Sulawesi akan kembali berkibar dan menjadi tujuan bagi masyarakat daerah lain untuk menuntut ilmu di daerah ini.
e. Menjadi Pusat Pengembangan Pariwisata dan Budaya di Sulawesi
Dengan potensi pariwisata yang dimilikinya beserta kekayaan khasanah budaya Gorontalo yang demikian beragam, maka Gorontalo ke depan sangat potensial menajdi daerah “Bali” di Sulawesi.
Hal itu sangat memungkinkan karena potensi panorama alam dan budaya di Gorontalo yang terbilang unik. Bahkan bagi sebagian kalangan yang pernah berkunjung ke daerah ini menjuluki Gorontalo sebagai “The Hidden Paradise” yang tidak hanya basa-basi tapi sebuah fakta yang membutuhkan fokus perhatian dari pemerintah dan dunia swasta untuk dikembangkan sehingga memiliki nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Gorontalo.
Dimana harapan terbesar Bupati Pohuwato Saipul Mbuinga, Roadmap, peta jalan menuju Indonesia Emas ini, patut untuk dikutip dan diulas untuk menyebarluaskannya ke masyarakat, sehingga melahirkan kesepahaman yang bersinergi antara pemerintah pusat dengan pemerintah Provinsi hingga pemerintah kabupaten-kota dan kecamatan serta desa. Apalagi dalam roadmap peta jalan Indonesia Emas ini, sektor yang paling penting adalah pendidikan, sebagaimana yang menjadi penekanan dalam Buku Pokok-Pokok Pikiran BupatI Saipul Mbuinga dari Pohuwato untuk Gorontalo Emas 2045 kali ini.
Dengan begitu ada relevansi pemikiran yang penting untuk disatukan ke dalam ranah lokal Gorontalo. Bagaimanapun, sebagai bagian dari NKRI, Gorontalo sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu harus mampu melahirkan kebijakan yang bersinergi dengan semangat Pemerintah pusat.
Dalam Road Map, Peta Jalan menuju Gorontalo Emas 2045 itu disebutkan, untuk menyiapkan bangkitnya generasi emas Indonesia tahun 2045, diperlukan pembangunan pendidikan dalam perspektif masa depan, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas,maju,mandiri,dan modern, serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
(Berbagai Sumber)