Faktanews.com, Pohuwato – Diduga karena imbas dari Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) atau tambang ilegal, sejumlah petani yang berada di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo mengalami gatal-gatal usai menggarap sawah.
Menurut salah satu Petani, Arlan, masalah tersebut sudah menjadi bahan perbincangan yang cukup serius dikalangan petani hingga saat ini.
“Ya beberapa hari ini sudah menjadi perbincangan yang serius di petani, bahwa setelah turun dari lahan persawahannya petani merasa kaki maupun tangannya langsung gatal-gatal, sehingga jadi perbincangan di kalangan petani,” ungkapnya saat di temui Faktanews beberapa hari lalu.
Ia mengatakan, kejadian ini mulai di rasakan petani sejak musim tanam yang sebelumnya. Hanya saja kata dia, pada musim tanam saat sudah hampir semua petani mengeluhkan hal yang sama seperti sebelumnya.
“Yang jelas saat pengelolaan tanah. Baru dua musim (mulai di rasakan petani), kalau kemarin baru beberapa petani, kalau sekarang ini sudah rata-rata petani merasakan itu,” bebernya.
Menurutnya, hal itu disebabkan sudah tercemarnya air sungai dari aktifitas pertambangan ilegal yang berada di wilayah hulu sungai yang mengairi ke persawahan milik warga.
“Kalau menurut saya itu endapan sedimentasi ataupun yang dibawa oleh air yang berasal dari sungai Taluduyunu sehingga terjadi pengendapan di lingkungan perairan sawah dan mungkin ketika tanah di olah sehingga terbongkar lagi kan, nah mungkin ini akibat dari endapan tersebut dan mungkin ada kandungan-kandungan yang kita tidak tau,” ujarnya.
Dari kalangan petani secara umumnya kata dia, ada empat faktor yang menurut asumsi kebanyakan petani yang mengakibatkan terjadinya hal tersebut.
“Yang pertama itu yaitu masalah kotoran itik, terus yang kedua diakibatkan danau ataupun rawa yang ada di Bolongga yang katanya sudah terdiam lama di sana, ketika turun hujan airnya (red-meluap) turun ke sawah, terus yang ketiga masalah Bitule (red-ubi hutan) yang katanya sudah di bongkar oleh para penambang terus di buang ke sungai sehingga airnya mengakibatkan gatal, terus yang ke empat mungkin pencemaran pertambangan yang selama ini sudah beberapa tahun,” Ujarnya.
Untuk itu kata Arlan, petani berharap ada langkah dari Pemerintah Kabupaten Pohuwato untuk menyikapi persoalan yang saat ini dirasakan oleh petani.
“Makanya mungkin kami dari petani mengharapkan pemerintah memberikan tindak lanjut apa yang menjadi penyebab kenapa air ini bisa mengakibatkan gatal-gatal di tingkatan petani,” harapnya.
Hal senada juga di ungkapkan oleh petani lainnya, yakni Is. Is juga hingga saat ini masih merasakan gatal-gatal dan bintik-bintik merah di kulit kaki dan tangannya. Menurutnya gatal-gatal dan bintik-bintik itu dirasakannya usai menggarap di sawah.
Padahal kata dia, hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya kepada petani, hanya mulai penggarapan musim ini ia mulai merasakan apa yang sudah pernah terjadi sebelumnya di petani lainnya.
“Ini so (sudah) luka disini, so tidak dapat tahan gatal baru so garuk ini, so ba darah so tidak dapat rasa lagi. Nanti musim begini (baru ada kejadian seperti ini),” katanya kepada Faktanews sambil menunjukkan bintik-bintik yang ada di kulitnya.
“Semua petani bagini, kecuali yang tidak turun di sawah yang tidak gatal,” sambungnya.
Ia menduga kuat, hal tersebut akibat air sungai yang sudah tercemar dari tambang. Sebab kata dia, apabila di dugaan tersebut karena Bitule atau ubi hutan yang di bongkar oleh penambang dan di buang ke air pastilah hal tersebut sudah sejak lama di alami oleh petani.
“Paling air dari tambang, karena air dari mana lagi?, karena air cuma dari sana kan. So lama ini Bitule ini ini, cuma tidak ada gatal begini,” tuturnya. (Fn03)