Faktanews.com (Tajuk), 65 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 5 Maret tahun 1955 di Yogyakarta adalah momentum paling bersejarah bagi Gorontalo. Dimana, pelajar dan mahasiswa yang berada di luar daerah, khususnya di Yogyakarta berhimpun diri dan bersepakat untuk membentuk suatu wadah untuk memperhatikan kepentingan para pelajar dan mahasiswa Gorontalo yang sementara studi di luar daerah.
Pada tanggal 5 Maret tahun 1955, di Balai Pertemuan Umum Mesjid Besar Kauman Yogyakarta, berdirilah suatu Organisasi yang diberi nama Rukun Pelajar Mahasiswa Gorontalo (RPMG). Organisasi yang bersifat kekeluargaan ini sengaja dibentuk untuk mengorganisir semua pelajar dan mahasiswa asal Gorontalo, untuk potensi sumber daya yang ada, untuk kepentingan pembangunan daerah Gorontalo.
Selain RPMG, di daerah-daerah lain juga seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar, juga membentuk organisasi serupa. Dengan landasan ini, sehingga dibentuklah suatu pertemuan Musyawarah Pendidikan dan Kesejahteraan Pelajar Mahasiswa Gorontalo se Indonesia, yang diselenggarakan di Gorontalo, Pada tanggal 10-15 Agustus tahun 1964 dan dihadiri semua utusan dari berbagai daerah.
Pertemuan akbar tersebut, tidak hanya merumuskan persoalan Sosial, Budaya,dan politik Gorontalo, melainkan, untuk menyatukan visi dan misi pelajar dan mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia dengan menggunakan nama yang sama yaitu Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo (HPMIG), dan hingga saat itu, Musyawarah tersebut diberi nama MUBES ke-1 HPMIG.
Tidak hanya itu, dalam perjalanannya, HPMIG juga ikut berperan penting dalam sejarah pembentukan Gorontalo, sebagai provinsi yang berdiri sendri sehingga membuat keberanian masyarakat untuk mendeklarasikan provinsi Gorontalo.
Tentunya, ini adalah sejarah panjang perjalan HPMIG di umurnya yang ke-65 tahun ini. Dan saat ini, Musyawarah Besar HPMIG yang ke XII sementara berlangsung di Gorontalo. Sayang, tendensi politik di tubuh HPMIG tak bisa terbendung. Yang lebih mengecewakan lagi, sosok-sosok yang dimunculkan untuk memimpin HPMIG ke depan, adalah sosok yang tak mengerti samasekali dengan sejarah HPMIG itu sendiri.
Saya pribadi, yang juga pernah dipercayakan memimpin HPMIG cabang Bandung, dengan melihat konstalasi MUBES XII ini, sangat prihatin jika kembali dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, dan hanya akan menjadikan HPMIG untuk kepentingan golongan elit Politik.
HPMIG, harus mampu keluar dari zona itu. Peran dan eksistensi kader dalam membangun roda organisasi ini yang paling penting. Bukan orang yang dititipkan untuk kepentingan golongan apalagi partai politik.
HPMIG harus kembali ke marwah yang sebenarnya, harus kembali ke visi awal yakni membangun daerah Gorontalo dengan gagasan, tanpa ada kepentingan.
Pada akhirnya, saya harus kembali mengutip perkataan Bapak Nani Wartabone, bahan refleksi kita hari ini.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu yang merasa sudah tidak mampu, sebaiknya mundur saja. Generasi muda kita sekarang siap membangun daerah tercinta, Gorontalo.” Nani Wartabone
Penulis : Nanda Poha (Mantan ketua HPMIG Cabang Bandung tahun 2017-2018)