Oleh : Nurhadi Yayan Taha,S.Pd / Ketua Masika ICMI Kota Gorontalo
|
faktanews.com (Tajuk) – Gorontalo, Pemilu atau kata lain dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebuah pemilihan serentak yang dilakukan di suatu negara untuk memilih perwakilannya dilegislatif, Kepala Daerah dan atau Presiden.
Dalam beberapa dekade, wajah setiap perhelatan pemilu kita mengundang berbagai perhatian publik . mulai dari konflik horizontal antar pendukung hingga kebut – kebutan masa pendukung, yang sejatinya bertujuan untuk membentuk opini terhadap khalayak akan kekuatan seorang calon atau yang dicalonkan disetiap perhelatan pesta rakyat itu.
Selain itu, Pemilu juga banyak mengundang berbagai isu serta gagasan yang kreatif dari masing – masing tim sukses atau jejaring yang telah dipersiapkan sedemikian rupa. Namun seperti kita ketahui bahwa, jauh dari itu Pemilu dari masa ke masa telah banyak mengundang kepiluan. Dimana banyak yang merasa bahwa dibeberapa komitmen dari kelompok tertentu sering dikecewakan dan bahkan ada yang lebih memiriskan, yakni terabaikannya janji dalam suatu history perjuangan bersama.
Hal ini sudah menjadi biasa, bahkan tak tabu lagi. Dimana disetiap Pemilu yang pernah kita alami, banyak hal memilukan dalam artian kepiluan terkait komitmen dan janji janji politik yang pernah disampaikan dalam kampanye politik. Hal yang tersirat maupun tersuratpun terkadang diabaikan oleh calon ataupun kandidat yang menang, diringi juga oleh barisan sakit hati dalam kelompok lawan politik yang dipelihara secara berkelanjutan untuk berseberangan dan masih banyak lagi poin – poin kepiluan lainnya yang akan banyak terurai jika tak mampu dibendung oleh kandidat yang memenangkan Pemilu.
Sementara itu, diantara kepiluan rakyat lainnya adalah budaya “pecah kongsi” antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Dimana menurut hasil survey Kementerian Dalam Negeri RI, ada 98% kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berpisah sebelum waktunya. Tentunya ini akan sangat mempengaruhi peran pelayanan kepada masyarakat, ditambah system birokrasi yang rusak akibat tidak efektifnya peran tersebut. Belum lagi indikasi saling fitnah dan juga berpura – pura dalam melaksanakan tugas agar dapat dilirik pemimpin pun turut menghiasi tatanan Pemerintahan.
Hal tersebut sangat banyak dijumpai dalam pemerintahan, jika karakter dari pemimpin sangat mempengaruhi, maka gaya kepemimpinan yang terlalu mengedepankan perasaan akan menyebabkan keraguan dalam mengambil ataupun memutuskan berbagai kebijakan yang strategis.
Disisi lain, berbagai desakan terhadap penuntasan program dan janji kampanyepun turut menghiasi. Dimana hal itu adalah sebuah kewajiban yang harus diselesaikan karena warga masyarakat tidak akan memusingkan atau peduli dengan setiap hal negative dalam system yang ada. sehingga janji kampanye dan membenahi benang yang kusut itu menurut hemat penulis adalah problem sketsa kerikil perjalanan panjang oleh para pemimpin kita, tentunya diantara itu kita berharap agar sulaman benang kusut tersebut akan terus dibenahi oleh para penambal yang tak henti untuk menyelesaikan sobekan yang semakin membesar ditiap harinya.
Ditambah dengan tradisi saling sikut antar tim sukses, mestinya harus segera diredam agar kinerja pemimpin yang diusung dalam menjalankan roda pemerintahanpun dapat beroleh hasil yang baik utamanya penuntasan program dan janji – janji kampanye agar bisa terwujud tentunya.
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Gorontalo sudah diambang mata. Yang menjadi pertanyaan adalah, sudahkah kita berbenah dan mewujudkan janji kampanye politik tersebut…??? tentu ini bukan hal yang mudah jika kita bercerai berai. Maka oleh karena itu mari kita rajut kembali benang yang kusut itu, karena hanya dengan seiring sejalan kita dapat menuntaskan program yang sudah menjadi dambaan seluruh rakyat kota gorontalo.
Janganlah pernah membudayakan isitilah “Asal Bos Senang”, karena kita bekerja, kita mengbdi semata – MATA karena rakyat. Di MATA Rakyat, kinerja Pemerintah dinilai, olehnya jika baik Pemerintahan maka rakyatpun tidak segan membantu untuk bersama sama KITA didalam mewalikotakan Marthen Taha keperiode keduanya. Begitupun sebaliknya, jika rakyat tak lagi bersama maka kepiluan mereka akan dibalas dengan kepiluan.
Wallahualam Bisawab….