![]() |
Ilustrasi |
(Faktanews) OPINI – Pendidikan , Program Pendidikan Karakter dan kesiapan Sekolah yang sebagian waktunya digunakan untuk program pembelajaran dengan suasana informal, ternyata tidak didukung Dikota Gorontalo . pasalnya, dalam Penilaian Ombudsman RI untuk kesiapan pelayanan dalam program penguatan pendidikan karakter, Kota Gorontalo masih sangat membutuhkan perhatian.
Di Kota Gorontalo, Program PPK dan FDS itu sendiri dituang dalam kebijakan melalui surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo dengan Nomor Surat: 492/Disdik-Dikdas/445 Tanggal 8 Februari Tahun 2017. Dimana didalam fokus kajian kebijakan, khususnya kesiapan Sekolah termasuk Guru, Sarana Prasarana dan pemahaman akan konsep PPK dalam Penerapan PPK/FDS serta Implementasi Program di Kota Gorontalo itu sendiri, Ombudsman RI menemukan kekurangan 300 orng Guru secara keseluruhan. hal ini dipicu dari tidak siapnya para Guru dengan tidak mengikuti pelatihan terkait program PPK/FDS.
Disamping itu, temuan lain yang didapati oleh Ombudsman Ri adalah kebijakan pendistribusian guru yang tidak merata. Dimana lebih banyak para guru sudah terkonsentrasi di pusat pusat kecamatan, sehingga hal ini tentu dapat menjadi acuan yang paling penting terkait kesiapan Pemerintah kota Gorontalo dalam hal ini Dinas Pendidikan didalam mengimplementasikan Program PPK/FDS. Untuk itu jika menilik apa yang pernah dikatakan oleh Prof. Jassin H. Tuloli tentang dunia Pendidikan dewasa ini bahwa “Mengingat saat ini Gorontalo sudah tidak ada lagi IKIP, maka banyak guru di Gorntalo yang tidak paham masalah psikologi, ilmu antrpologi sosiologi. Sehingga bagaimana bisa guru sekarang dapat memanusiakan manusia sementara dirinya tidak paham tentang manusia.”
Dalam salah satu Pemberitaan yang diangkat disalah satu media online tentang operasional kegiatan di persekolahan, Pemerintah Kota Gorontalo dinyatakan telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp.8.995.980.000, melalui program penyediaan Dana Operasional sekolah (DOS).
Ditambah Perhatian besar Pemerintah Kota Gorontalo ini ternyata berdampak positif pada beberapa indikator keberhasilan bidang pendidikan antara lain, Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A tahun 2014 sebesar 110,74 persen tahun 2016 menjadi 115,74 persen (naik 5 persen).
Sementara untuk APK SMP/MTs tahun 2014 sebesar 112,55 persen, tahun 2016 menjadi 118,79 persen (naik 6,24 persen). Sedangkan APK SMA/MA/SMK tahun 2014 sebesar 110,97 persen, tahun 2016 menjadi 114,44% persen (naik3,47 persen).
Selain kenaikan pada APK, perhatian pada sektor pendidikan juga berimbas pada Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM), masing-masing APM SD/MI/paket A tahun 2014 berada pada angka 93,39 persen tahun 2016 mencapai 94,09% (naik 0,7 %).
Sedangkan APM SMP/MTs tahun 2014 dengan angka 85,04 persen, tahun 2016 menjadi 90,34 persen. (naik 5,3 persen ). Begitupun dengan APM SMA/SMK/MA tahun 2014 dari angka 64,99 persen, naik menjadi 77,19 persen pada 2016 (naik 12,20 persen).
Capaian ini menurutnya ikut mempengaruhi peningkatan angka kelulusan siswa dari jenjang SD sederajat hingga SMA sederajat pada 2015 dan 2016 ini yang mencapai 100%.
Segi kualitas layanan pendidikan di Kota Gorontalo juga dapat dilihat dari indikator jumlah guru yang berkualifikasi S1/D-IV tahun 2016 ini mencapai 97,86%; dan seluruh sekolah jenjang SD sampai SMA sederajat sudah terakreditasi, Padahal dikota Gorontalo belum ada Instrumen monitoring evaluasi yang memadai untuk mengukur Impplemntasi PPK/FDS.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo Abram A.M. Badu ,kepada awak media ini mengatakan bahwa Program PPK/FDS ini adalah sebuah peluang untuk Pemerintah Kota Gorontalo didalam menggenjot mutu pendidikan yang ada. Namun pihaknya membenarkan masih banyak kekurangan seperti SDM, Tenaga dan sarana Prasarana. Namun karena hal ini ada pilihan Abram menambahkan bahwa pihaknya akan mengambil bagian untuk mensukseskan program nasional ini. “ ini adalah sebuah tantangan untuk mensukseskan program nasional ini, walaupun kami akui masih banyak kekurangan namun ini tetap menjadi pilihan kami untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Gorontalo.” Jelas Abram.
Ditambahkan pula bahwa pelaksanaan program PPK/FDS ini sudah aplikasikan ke seluruh sekolah yang ada dikota gorontalo. Sehingga jika menilai masalah pendidikan, tentu harus dilihat hingga tuntas dan jangan setengah – setengah. “ paling tidak program tersebut sudah jalan dan karena ini masalah pendidikan, maka kita tidak bisa melihat ini setengah – setengah.” Tambah Abram.
Sementara iu, dalam poin temuan hasil investigasi ombudsman RI terdapat perbedaan yang ukup tajam dalam kesiapan penerapan PPK/FDS terhadap sekolah-sekolah yang telah mendapatkan pelatihan atau bimbingan langsung dari Kementerian dan sekolah – sekolah yang mendapatkan sosialisasi dari Dinas Pendidikan. Diikuti dengan tidak adanya program untuk siswa beragama minoritas, dilanjutkan dengan kurangnya pengembangan dan inovasi sekolah dalam implementasi yang mengacu pada petunjuk kementerian atau dinas pendidikan setempat dan belum maksimalnya fungsi pengawas sekolah dalam mendampingi serta mendukung kepala sekolah dan guru.
Selain itu, dalam temuan investigasi lainnya, terdapat diskriminasi pembebanan kerja antara guru honor dan guru PNS serta terjadinya indikasi pungutan liar oleh beberapa sekolah untuk menutupi kekurangan sarana dan prasarana didalam melaksanakan PPK/FDS ini, harus diperhatikan oleh Pemerintah Kota Gorontalo.
Semuanya kita kembalikan kepada orang tua murid, guru serta praktisi pendidikan. Disaat kita diberikan pilihan untuk memperbaiki mutu pendidikan, tentu harusnya didukung dengan niat dan bhakti yang tulus serta kemauan yang keras didalam membangun dunia pendidikan kita menjadi lebih baik lagi. Prestasi – prestasi diatas belum tentu dijadikan acuan, karena berdasarkan fakta dilapangan masih ada saja kekurangan yang setiap saat ditambal terbuka dan ditambal lagi. Menilik apa yang dikatakan tokoh pendidikan asal gorontalo Prof. Jassin A. Tuloli bahwa kondisi sekarang cukup memperihatinkan, Sehingga bagaimana bisa guru sekarang dapat memanusiakan manusia sementara dirinya tidak paham tentang manusia. (Jeff)