Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
PolitikTajuk

Liputan Pilkada, Jurnalis atau Medianya Yang Menyimpang

×

Liputan Pilkada, Jurnalis atau Medianya Yang Menyimpang

Sebarkan artikel ini
Oleh : Jeffry As. Rumampuk, – Profesional
Ket Photo : Ilutrasi Jurnalist

                                         

Hari H pencoblosan Pilkada Boalemo semakin hari semakin dekat. Mau yang berjubah atau pemilik senyum menawan pilihannya ada ditangan anda. Namun yang terpenting untuk diketahui adalah salah satu peristiwa penting daerah ini adalah mengawal pemilukada itu dari percaturan politik positif dalam rangka menegakkan demokrasi yang benar – benar berpihak kepada rakyat.
Meminjam kata mengawal, tentu tidak mengherankan jika media mempunyai peranan yang sangat penting dalam perhelatan tersebut. Dimana media memang diharuskan (diwajibkan) untuk tidak ketinggalan dalam setiap momentnya. Paling tidak bisa mengambil peran sebagai WATCH DOG agar Pilkada serentak ini berlangsung jujur, bebas, adil dan mempunyai rasa aman atau bebas dari konflik.
Hanya saja, jika menilik dibeberapa bulan terakhir Pilkada serentak baik Pemilihan Gubernur  Gorontalo dan Pemilihan Bupati Boalemo masih saja beraroma Horse race journalism atau JOURNALISME PACUAN KUDA. Yang jika dilihat hasil ppemberitaanya masih terfokus pada persaingan kandidat, antar partai politik pendukung, antar ormas atau perseorangan pendukung yang dinilai mengabaikan kepentingan pemilih atau masyarakat.
 

Seperti pacuan kuda, media cenderung menampilkan berita yang tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat. Hal ini dapat dilihat  dipenayangan beberapa media lokal boalemo yang isinya saling hujat, saling tuding, dan hal lain yang sejatinya sangat memiriskan. Dimana Media dan jurnalisnya masih lebih tertarik dan hobi memberitakan pernyataan menyerang dari kandidat A kepada kandidat B. Besoknya diberitakanlah pernyataan serangan balik kandidat B terhadap kandidat A. Begitu seterusnya dan media hanya menjadi penyambung lidah persaingan para kandidat.


padahal Langkah yang seharusnya dilakukaan oleh media bisa mengambil peran lebih besar untuk mengedukasi masyarakat soal pernak-pernik Pemilu Kada, seperti daftar pemilih, tata cara pemilihan, dll. Jurnalis dan media seharusnya juga bisa menjadi penyambung lidah apa yang pemilih pikirkan, katakan, inginkan, dan butuhkan.  Sehingga para kandidat dan pengusungnya juga tahu apa yang harus mereka rencanakan dan wujudkan dengan segera apabila mereka terpilih, bukan hanya sekedar jargon dan janji-janji surga. Disamping itu Pemilih juga akan tahu lebih jelas apakah kandidat bersangkutan akan dapat memenuhi harapan mereka atau tidak dan pemilih akan lebih cerdas menentukan kepada kandidat mana suara mereka diberikan.

Paling tidak peran media dan jurnalis dalam peliputan Pemilu Kada dapat lebih mengugah dan meningkatkan partisipasi publik, membantu memberikan edukasi bagaimana pemilih menggunakan haknya, memberikan informasi kepada pemilih mengenai program dan rekam jejak kandidat, memberikan informasi perkembangan kampanye, memberikan kesempatan yang sama kepada kandidat dan partai politik pengusung untuk saling menyampaikan keunggulan mereka dan memperdebatkannya, memonitor dan menyampaikan perkembangan penghitungan suara, membantu mengawasi apakah pemilu berjalan jujur dan bersih.
Beberapa isu penting yang tidak dapat diabaikan oleh media dan jurnalis dalam peliputan Pemilu Kada diantaranya adalah mengenai visi misi dan program kandidat dan partai politik pengusung yang penting untuk diketahui pemilih, bagaimana profil dan rekam jejak kandidat, isu-isu lokal dan nasional apa yang diusung kandidat dan partai politiknya, bagaimana mengenai dana kampanye mereka (besarannya dan asal usulnya) serta  pelaporannya, sejauh mana kecurangan-kecurangan terjadi dan lain sebagainya tanpa mengabaikan kepentingan dan hak masyarakat yang ada dipelosok untuk dapat mengetahui segala perkembangan pemilukada didaerahnya.
Ada beberapa masalah sebenarnya dalam peliputan yang berasal dari internal media dan jurnalisnya. Dari internal media yang ada digorontalo bisa saja terkait dengan faktor kontrak pemberitaan, dimana kontrak pun menjadi perhatian serius oleh para pelakunya demi kepentingan dari perusahaan media itu sendiri. Selain media yang bersangkutan dimiliki oleh pengusung kandidat atau sikandidat itu sendiri, maka Keberpihakan dalam liputan Peliputan Pemilu kada memang biasa terjadi.
Namun, secara prinsip tugas utama jurnalis dan media adalah mengabdi kepada masyarakat dan mencari serta mengungkapkan kebenaran. Hal inilah yang seharusnya mendorong media dan jurnalis berperan sebagai anjing penjaga (watch dog). Rahasia umum media dan jurnalis senang bersahabat dengan orang yang memiliki kekuasaan politik dan uang (para pengusaha, pejabat dan politisi) yang memiliki kepentingan masing – masing. Namun, ujungnya sama yaitu kepentingan publikasi sehingga mereka mencari segala upaya untuk mendekati jurnalis dan media. Disinilah sebenarnya profesionalisme jurnalis dan medianya diuji.
Satu lagi kebijakan media yang dapat menimbulkan masalah adalah meminta jurnalisnya untuk menempel (embed) pada partai politik atau kandidat tertentu untuk memudahkan peliputan. Strategi seperti ini merusak daya kritis jurnalis dan berperilaku seolah-olah menjadi kepanjangan tangan dari partai politik atau kandidat tertentu. Disamping memiliki kelebihan jurnalis bersangkutan akan memiliki akses yang luas terhadap partai politik atau kandidat.
Oleh karena itu , Media sebaiknya memastikan jurnalis peliput pemilunya telah mendapat pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Ini bisa dilakukan dengan pelatihan secara internal di masing-masing media atau mengikuti pelatihan dari lembaga misalnya KPU atau lembaga pemantau pemilu dan lain sebagainya. Karena masalah lain dalam peliputan pemilu adalah dari sisi kesiapan dan kemampuan jurnalis untuk meliput hajatan tersebut. Media kadang menugaskan jurnalis untuk meliput Pemilu Kada tanpa bekal yang memadai. Kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya pelatihan bagi jurnalis soal bagaimana meliput Pemilu atau Pemilu Kada yang benar
 Jurnalis juga perlu mengembangkan pemahaman menyangkut strategi media dari partai-partai politik dalam pemilu. Ini penting agar jurnalis tidak terjebak menjadi “pelayan” kampanye media kandidat dan partai politik. Sebab Jurnalis memang bukan pakar pemilu dan tidak dituntut untuk jadi pakar pemilu. Namun dengan mempelajari serba serbi pemilu, jurnalis akan terbantu dalam menghasilkan berita berita pemilu yang berkualitas. Pemahaman mengenai sistem pemilu akan sangat membantu jurnalis untuk meliput kegiatan pemilu secara kritis dan cerdas.

Bagaimanapun pemberitaan yang berimbang akan memberikan gambaran perbedaan program dan janji-janji kandidat kepada masyarakat yang akan sangat membantu pemilih memutuskan pilihan secara bebas dan rasional. (***)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Akses berita Faktanews.com dengan cepat di WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029Vae1Mtp5q08VoGyN1a2S. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Example 300x300
Example 120x600